Selasa, 01 Mei 2018

critical journal review analisis kebutuhan belajar masyarakat

CRITICAL JOURNAL REVIEW
PEMENUHAN KEBUTUHAN BELAJAR ANAK JALANAN DI KOTA SEMARANG MELALUI PROGRAM PENDIDIKAN NONFORMAL
Dosen Pengampu : Dr. Nurlaila, M. Pd
Disusun untuk memenuhi mata kuliah Analisis Kebutuhan Belajar Masyarakat
Disusun
O
L
E
H


ILHAM FAUZI        1173371009













JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018








KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya  sehingga kami masih diberikan kesempatan untuk dapat menyelesaikan critical jurnal review ini dengan judul “ Pemenuhan Kebutuhan Belajar Anak Jalanan Di Kota Semarang Melalui Program Pendidikan Nonformal”. Critical jurnal review ini kami buat guna memenuhi penyelesaian tugas pada mata kuliah ’Analisis Kebutuhan Belajar Masyarakat,” semoga critical jurnal review ini dapat menambah wawasan dan pengatahuan bagi para pembaca.
Dalam penulisan critical jurnal review ini, Saya tentu saja tidak dapat menyelesaikannya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih kepada:
1.      Kedua orang tua kami yang selalu mendoakan
2.      Kepada dosen pengampu, Ibu Dr. Nurlaila, M. Pd
Saya menyadari bahwa critical jurnal review ini masih jauh dari kata sempurna karena masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami dengan segala kerendahan hati meminta maaf dan mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna perbaikan dan penyempurnaan ke depannya.
Akhir kata kami mengucapkan selamat membaca dan semoga materi yang ada dalam critical jurnal report yang berbentuk makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya bagi para pembaca.


Medan, April 2018



Ilham Fauzi
NIM 1173371009








DAFTAR ISI
Kata Pengantar    i
Daftar isi    ii
I. Pengantar    1                           
II. Ringkasan artikel/hasil penelitian    2
III. Keunggulan penelitian    3
a). Kegayutan antar elemen    3   
b). Originalitas temuan    4
c). Kemutakhiran masalah     5
d). Kohesi dan Koherensi isi penelitian     5
IV. Kelemahan penelitian     5
a). Originalitas temuan    5
b). Kohesi dan koherensi    5
V. Implikasi terhadap    6
a). Teori     6
b). Program pembangunan di Indonesia    6
c). Pembahasan dan Analisis     6
VI. Kesimpulan    7
Kepustakaan     7
















Identitas Jurnal
Judul Artikel        : PEMENUHAN KEBUTUHAN BELAJAR ANAK JALANAN DI KOTA SEMARANG MELALUI PROGRAM PENDIDIKAN NONFORMAL
Penulis        : Putri Rizca Ayu, Fakhruddin
Tahun terbit        : 2017
Volume        : 2
Nomor        : 1
ISSN            : 2549-1717
Alamat URL        :
Tanggal akses    : 10 April 2018
  1. Pengantar
Kebutuhan belajar (learning needs) adalah segala sesuatu kebutuhan baik individu maupun kelompok yang berupa keinginan atau kehendak untuk mempunyai pengetahuan, sikap, dan keterampilan tertentu (Sutarto, 2008:41). Kebutuhan belajar antara individu satu dengan yang lainnya berbeda dilihat dari bagaimana individu atau kelompok menyadari akan kebutuhannya. Di dalam pendidikan nonformal kebutuhan belajar individu atau kelompok dapat dipenuhi sesuai dengan kebutuhan individu atau kelompok tersebut.
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 “Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.” Artinya pendidikan harus merata bagi manusia, karena manusia wajib untuk mendapatkan pendidikan yang berguna bagi diri sendiri maupun orang lain. Hal tersebut tidak terkecuali pada anak jalanan yang kebanyakan tidak mendapatkan pendidikan yang merata.
Anak jalanan adalah fenomena nyata bagi kehidupan yang menimbulkan permasalahan sosial yang kompleks. Keberadaan dan perkembangan anak jalanan merupakan persoalan yang perlu menjadi perhatian. Krisis moneter mengakibatkan meningkatnya jumlah penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan. Kemiskinan menyebabkan sebagian besar anak-anak harus membantu orang tuanya untuk bekerja. Bahkan ada yang harus turun ke jalan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang menghasilkan uang untuk mempertahankan hidupnya. Fenomena tersebut menyebabkan anak turun ke jalanan atau sering disebut dengan istilah anak jalanan (Apriliani, 2015:64).
Pemenuhan kebutuhan belajar anak jalanan selain kebutuhan belajar di sekolah sangatlah penting untuk diteliti, nantinya kita akan mengetahui faktor apa saja yang menjadikan mereka menjadi anak jalanan dan ragam kebutuhan belajar anak jalanan yang mereka inginkan serta bagaimana pemenuhan kebutuhan belajarnya melalui program pendidikan nonformal. Tujuan penelitian ini megetahui faktor-faktor penyebab menjadi anak jalanan di Kota Semarang mengetahui ragam kebutuhan belajar anak jalanan dan menjelaskan pemenuhan kebutuhan belajar anak jalanan di Kota Semarang melalui program pendidikan nonformal.
  1. Ringkasan Artikel atau Hasil Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Moleong (2010:6) mendefinisikan penelitian kualitatif dilihat dari perspektif emik yaitu memandang sesuatu upaya membangun pandangan subjek penelitian yang rinci, dibentuk dengan kata-kata, gambaran holistik dan rumit. Subjek Penelitian terdiri dari Key informan dan informan. Key informan adalah 5 anak jalanan dan 4 orang tua anak jalanan, sedangkan informan terdiri dari Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah, Yayasan Setara, dan tokoh masyarakat yang berada di lingkungan rumah anak jalanan. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi dapat diketahui bahwa faktor yang menyebabkan anak-anak bekerja di jalanan dipengaruhi oleh beberapa faktor: faktor ekonomi keluarga yang rendah menjadikan anak-anak bekerja untuk membantu perekonomian keluarga. Lk menyatakan bahwa ia menyuruh anaknya Ff bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya (wawancara, 22 Februari 2016). Hasil penelitian sesuai dengan pendapat dari Siregar, dkk (2006) bahwa faktor yang menyebabkan anak menjadi anak jalanan di antaranya faktor-faktor yang ada ternyata faktor ekonomi (kemiskinan) keluarga merupakan faktor yang paling dominan menjadikan anak menjadi anak jalanan di Kota Semarang.\
Faktor pendidikan orang tua yang rendah menyebabkan orang tua menyuruh anak-anak mereka untuk bekerja. Id menyatakan meskipun ia hanya lulusan Sekolah Dasar, Id berharap anaknya dapat bersekolah ke jenjang yang lebih tinggi (wawancara, 24 Februari 2016). Penelitian Jamaludin (2013) mengungkapkan bahwa ketidakpahaman mereka tentang arti pendidikan inilah yang menyebabkan orang tua anak jalanan mengeksploitasi anak-anak mereka. Orang tua tidak sadar akan pentingnya pendidikan bagi masa depan seorang anak jalanan dan hanya menyuruh anak jalanan bekerja dan bekerja, karena pemahaman mereka mengenai sekolah hanya menghabiskan uang dan waktu saja padahal uang untuk makanpun susah terpenuhi mengingat penghasilan yang tidak menentu setiap harinya. Orang tua tidak sadar jika pendidikan anak jalanan jauh lebih penting ketimbang dengan mempekerjakan anak-anak mereka di jalanan karena hal itu dapat membantu meningkatkan taraf hidup keluarga mereka kelak. Faktor perceraian orang tua juga menyebabkan anak-anak mereka terpaksa bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. anak jalanan dengan latar belakang perceraian dan ketidakharmonisan keluarga, banyak terlibat dalam tindak kekerasan, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain. Hal tersebut tidak sesuai dengan penelitian peneliti, karena faktor perceraian atau ketidakharmonisan keluarga tidak membuat anak jalanan terlibat dalam tindak kekerasan, melainkan mereka harus rela bekerja demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Meskipun hasil yang diteliti peneliti menunjukkan, satu dari subjek anak jalanan yang diteliti memiliki pola tingkah laku yang berbeda dari subjek lainnya, yaitu anak jalanan yang meninggalkan rumah akibat dari kekerasan orang tua hidup di kawasan Simpang Lima setiap harinya dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri dan terkadang memberikan sebagian hasil kerjanya untuk diberikan kepada orang tuanya.
Pemenuhan kebutuhan belajar melalui program pendidikan nonformal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bagaimana anak jalanan dalam memenuhi ragam kebutuhan belajar yang diinginkannya sehingga anak jalanan dapat berhenti bekerja dan dapat mendapatkan keterampilan sesuai kemampuan yang dimiliknya serta dapat melanjutkan pendidikan mereka sehingga mereka dapat mempunyai kehidupan yang lebih baik dan dapat membahagiakan orang tuanya lewat kemampuan yang dimiliki mereka.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak jalanan di Kota Semarang yang diteliti memilih pemenuhan kebutuhan belajar melalui program pendidikan nonformal secara mandiri dan melalui lembaga swadaya masyarakat Yayasan setara. Anak jalanan yang berada di Tugu Muda memilih pemenuhan kebutuhan belajar melalui program pendidikan nonformal secara mandiri karena keterbatasan biaya yang ada. Hal ini dinyatakan oleh Da (wawancara, 4 Februari 2016) dan Ff (wawancara, 22 Februari 2016) bahwa mereka tidak mempunyai uang untuk mengikuti kursus-kursus di tempat umum, sehingga mereka memenuhinya secara mandiri. Anak jalanan yang berada di bawah naungan Yayasan Setara pemenuhan kebutuhan belajar melalui program pendidikan nonformal pemenuhannya melalui program kelompok belajar yang di dalamnya terdapat pemberian keterampilan sesuai dengan keinginan anak setiap hari Selasa dan rabu pukul 15.00 WIB. Hal ini dinyatakan oleh Dw (wawancara, 24 Februari 2016) bahwa Dw memiliki ragam kebutuhan belajar tentang mengutak-atik barang bekas menjadi barang yang dapat dimanfaatkan yaitu membuat tempat untuk berjualan snack yang terbuat dari barang bekas.
III. Keunggulan Penelitian
  1. Kegayutan antar elemen
Dari pembahasan disetiap elemen/bagian memiliki keterkaitan hirarki yang terkait antara komponen satu dengan lainnya, keterkaitan ini terlihat dari segi penjelasannya yang menyeluruh  yang didalamnya terkandung tentang Pemenuhan kebutuhan belajar melalui program pendidikan nonformal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bagaimana anak jalanan dalam memenuhi ragam kebutuhan belajar yang diinginkannya sehingga anak jalanan dapat berhenti bekerja dan dapat mendapatkan keterampilan sesuai kemampuan yang dimiliknya serta dapat melanjutkan pendidikan mereka sehingga mereka dapat mempunyai kehidupan yang lebih baik dan dapat membahagiakan orang tuanya lewat kemampuan yang dimiliki mereka.
Pemenuhan ragam kebutuhan belajar anak jalanan di Kota Semarang melalui program pendidikan nonformal, pemenuhannya ada dua yaitu: pemenuhan kebutuhan belajar secara mandiri dan pemenuhan kebutuhan belajar melalui program yang terdapat di lembaga Yayasan Setara. anak jalanan di Kota Semarang yang diteliti memilih pemenuhan kebutuhan belajar melalui program pendidikan nonformal secara mandiri dan melalui lembaga swadaya masyarakat Yayasan setara. Anak jalanan yang berada di Tugu Muda memilih pemenuhan kebutuhan belajar melalui program pendidikan nonformal secara mandiri karena keterbatasan biaya yang ada. Hal ini dinyatakan oleh Da (wawancara, 4 Februari 2016) dan Ff (wawancara, 22 Februari 2016) bahwa mereka tidak mempunyai uang untuk mengikuti kursus-kursus di tempat umum, sehingga mereka memenuhinya secara mandiri. Anak jalanan yang berada di bawah naungan Yayasan Setara pemenuhan kebutuhan belajar melalui program pendidikan nonformal pemenuhannya melalui program kelompok belajar yang di dalamnya terdapat pemberian keterampilan sesuai dengan keinginan anak setiap hari Selasa dan rabu pukul 15.00 WIB. Hal ini dinyatakan oleh Dw (wawancara, 24 Februari 2016) bahwa Dw memiliki ragam kebutuhan belajar tentang mengutak-atik barang bekas menjadi barang yang dapat dimanfaatkan yaitu membuat tempat untuk berjualan snack yang terbuat dari barang bekas.
  1. Originalitas temuan
Pembahasan jurnal yang saya baca, penulis membuat jurnal tersebut sesuai dengan perkembangan yang ada disekitar, hal ini dikarenakan dalam melakukan penelitian ini anak jalanan di Kota Semarang sudah memiliki rasa ketertarikan untuk memenuhi ragam kebutuhan belajar mereka melalui program pendidikan nonformal yaitu anak jalanan yang berada di Taman Tugu Muda memenuhi ragam kebutuhan belajarnya secara mandiri karena keterbatasan biaya yang dimiliki anak jalanan, sedangkan anak jalanan yang berada di bawah naungan Yayasan Setara pemenuhannya melalui program kelompok belajar yang di dalamnnya terdapat pemberian keterampilan terhadap masing-masing keinginan anak. Sedangkan anak jalanan di Simpang Lima tidak memiliki ragam kebutuhan belajar karena mereka berfikir bahwa keinginan untuk memenuhi ragam kebutuhan belajar tidak mendatangkan income untuk dirinya sendiri.


  1. Kemukhtahiran masalah
Setelah punyusun membaca jurnal ini, penyusun menyimpulkan bahwa jurnal sudah cukup mutakhir karena pemabahasan dalam jurnal sangat jelas dan kekinian yaitu membahas tentang  faktor yang menyebabkan menjadi anak jalanan yaitu: faktor ekonomi keluarga yang rendah; pendidikan orang tua yang rendah; dan perceraian (broken home). Anak jalanan di Kota Semarang memiliki ragam kebutuhan belajar yang berbeda-beda: ragam kebutuhan belajar anak jalanan di Tugu Muda mengenai mekanik motor dan memasak; di Simpang Lima tidak ada; di bawah naungan Yayasan setara mengenai program kelompok belajar memanfaatkan barang bekas, dan pemenuhan kebutuhan belajar anak jalanan dipenuhi secara mandiri dan melalui lembaga Yayasan Setara.
d. Kohesi dan koherensi isi penelitian
Dari jurnal yang saya baca ini kohesinya sudah cukup baik materinya cukup singkat. Karena penelitian ini berbentuk jurnal bukan e-book. Jadi penulis memaparkan isi dengan singkat disetiap judulnya, dan mengembangkan point-point kecil yang penting untuk dikaji. Materi yang dibahas dalam jurnal mudah dipahami karena penulis langsung menuliskan isi dari permasalahan yang dituju tidak terlalu banyak defenisi (koherensi).
IV. Kelemahan Penelitian
  1. Originalitas Temuan
Pada segi temuan kita bisa melihat bahwa tidak adanya kelemahan/kekurangan terhadap penelitian ini, hal ini dikarenakan penelitian ini sangat diperlukan untuk meminimalisir tindakan orang tua yang kurang memperhatihan pendidikan anaknya sehingga menyebabkan anak menjadi anak jalanan. faktor yang menyebabkan anak menjadi anak jalanan yaitu, faktor ekonomi keluarga yang rendah, pendidikan orang tua yang rendah, dan perceraian (broken home). Untuk itu dengan adanya penelitian ini hendaknya dapat diminimalisir atau bahkan tidak ada lagi anak-anak lainnya yang bernasib sama seperti anak-anak jalanan tersebut.
b. Kohesi dan Koheresi
Dari keterkaitan hubungan dan penjelasan gagasan yang ada juga teori yang ada pada jurnal tersebut hampir tidak ada kekurangannya karena pada segi kohesi dan koherensi membuat poin lebih besar kepada keunggulan dalam jurnal, maka dari itu penulis hanya menyebutkan bahwa tidak banyak kekurangan yang ditemukan pada segi koherensi dan kohesinya.


V. Implikasi terhadap
a. Teori
Anak jalanan adalah fenomena nyata bagi kehidupan yang menimbulkan permasalahan sosial yang kompleks. Keberadaan dan perkembangan anak jalanan merupakan persoalan yang perlu menjadi perhatian. Krisis moneter mengakibatkan meningkatnya jumlah penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan. Kemiskinan menyebabkan sebagian besar anak-anak harus membantu orang tuanya untuk bekerja. Bahkan ada yang harus turun ke jalan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang menghasilkan uang untuk mempertahankan hidupnya. Fenomena tersebut menyebabkan anak turun ke jalanan atau sering disebut dengan istilah anak jalanan (Apriliani, 2015:64). Hasil penelitian sesuai dengan pendapat dari Siregar, dkk (2006) bahwa faktor yang menyebabkan anak menjadi anak jalanan di antaranya faktor-faktor yang ada ternyata faktor ekonomi (kemiskinan) keluarga merupakan faktor yang paling dominan menjadikan anak menjadi anak jalanan di Kota Semarang. Penelitian Jamaludin (2013) mengungkapkan bahwa ketidakpahaman mereka tentang arti pendidikan inilah yang menyebabkan orang tua anak jalanan mengeksploitasi anak-anak mereka. Orang tua tidak sadar akan pentingnya pendidikan bagi masa depan seorang anak jalanan dan hanya menyuruh anak jalanan bekerja dan bekerja, karena pemahaman mereka mengenai sekolah hanya menghabiskan uang dan waktu saja padahal uang untuk makanpun susah terpenuhi mengingat penghasilan yang tidak menentu setiap harinya. Orang tua tidak sadar jika pendidikan anak jalanan jauh lebih penting ketimbang dengan mempekerjakan anak-anak mereka di jalanan karena hal itu dapat membantu meningkatkan taraf hidup keluarga mereka kelak. Hasil penelitian Erwin (2013) mengungkapkan bahwa faktor perceraian dan ketidakharmonisan keluarga, untuk sebagian anak jalanan menjadi alasan penyebab mereka berada di jalanan, sehingga mereka mencari jalan sendiri dengan hidup di jalan. Menurut mereka dengan keluar dari rumah, sejumlah hal yang terjadi di rumah bisa terlupakan. Ada kesan berada di jalanan sebagai reaksi atau bentuk perlawanan terhadap kondisi dalam keluarga yang mereka alami.
b. Program Pembangunan di Indonesia
Pembangunan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Pendidikan sebagai suatu bagian pembangunan sosial selalu mendampingi pembangunan ekonomi dan politik. Pendidikan akan membawa perubahan sikap, perilaku, nilai-nilai pada individu, kelompo dan masyarakat. Perubahan tersebut mengantarkan orang untuk terbuka terhadap kebutuhan-kebutuhan yang semakin bervariasi, dan member jalan kearah pemenuhannya. Itulah seringkali para ahli mengatakan, bahwa pendidikan mencetuskan harapan, oleh karena harapan itu terletak pada pendidikan. Pada tahap awal perjuangan kemerdekaan suatu bangsa dan tahap awal pembangunan, pendidikan biasanya merupakan gerakan yang mendapat dukungan luas. Pada saat itu juga tampak, bahwa pendidikan tidak terbatas pada pendidikan yang diselenggarakan dalam sistem persekolahan, tetapi juga diselenggarakan dalam bentuk lain di luar sistem persekolahan.
c. Pembahasan dan Analisis
Kelebihan dalam setiap karya tulis pastinya tersebar di berbagai tulisannya, namun pastilah ada beberapa kelebihan yang menonjol pada setiap karya ilmiah/tulis. Kelebihan dalam jurnal tersebut adalah terletak pada meteri yang cukup lengkap terlihat pada sub-sub judul dalam jurnal tersebut yang lengkap dan menyeluruh, kemudian kelebihan dari jurnal tersebut adalah penulis dapat mengembangkan beberapa poin-point kecil namun cukup penting untuk di kaji, dan penulis melakukannya dengan cukup baik. Kemudian jurnal ini sangat terpercaya karena penulis mencantumkan referensi yang akurat sehingga jurnal tersebut sangat memikat.

VI. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan anak-anak menjadi anak jalanan yaitu: a) faktor ekonomi keluarga yang rendah; faktor pendidikan orang tua yang rendah; dan c) faktor perceraian (broken home) orang tua. Anak jalanan juga mempunyai ragam kebutuhan belajar yang berbeda-beda, anak jalanan di Kota Semarang memiliki ragam kebutuhan belajar yang berbeda-beda: a) ragam kebutuhan belajar anak jalanan di Taman Tugu Muda memiliki ragam kebutuhan belajar tentang mekanik motor dan kebutuhan belajar mengenai memasak; b) ragam kebutuhan belajar anak jalanan di Simpang Lima tidak ada; dan c) ragam kebutuhan belajar anak jalanan di bawah naungan Yayasan Setara terpenuhi, karena adanya program kelompok belajar yang di dalamnya terdapat pemberian keterampilan sesuai dengan keinginan anak setiap hari Selasa dan Rabu pukul 15.00 WIB.
Pemenuhan ragam kebutuhan belajar anak jalanan di Kota Semarang melalui program pendidikan nonformal, pemenuhannya ada dua yaitu: pemenuhan kebutuhan belajar secara mandiri dan pemenuhan kebutuhan belajar melalui program yang terdapat di lembaga Yayasan Setara.
Kepustakaan
Ayu, Putri Rizca dan Fakhruddin, 2017. Pemenuhan Kebutuhan Belajar Anak Jalanan Di Kota Semarang Melalui Program Pendidikan Nonformal. Semarang: Vol. 2. No 1. ISSN 2549-1717.

Critical book report analisis kebutuhan belajar masyarakat

CRITICAL BOOK REPORT
“Manusia Utuh: Sebuah Kajian atas Pemikiran Abraham Maslow”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis Kebutuhan Belajar Masyarakat
Dosen Pengampu : Dr. Nurlaila, M. Pd



Disusun Oleh: KELOMPOK II

ILHAM FAUZI            1173371009
PUTRI SARI                 1173371016
FEBBY HANDANI H        1171171007
NAUFALIYAH MENDROFA    1153171017









JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018


KATA PENGANTAR

Puji syukur, kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, nikmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan critical book report dengan judul “Manusia Utuh: Sebuah Kajian atas Pemikiran Abraham Maslow” untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis Kebutuhan Belajar Masyarakat.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Critical Book Review ini dapat terselesaikan berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang terkait. Maka dari itu saya menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Nurlaila, M. Pd selaku Dosen Pengampu yang telah membimbing saya dan teman-teman yang senantiasa sudah membantu.
Saya menyadari bahwa laporan Critical Book Review ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu mengharapkan masukan atau saran dan kritik yang membangun guna perbaikan dan penyempurnaan selanjutnya. Saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita.

Medan, Maret 2018


Penulis
Ilham Fauzi
NIM. 1173371009







DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR    i
DAFTAR ISI    ii
IDENTITAS BUKU    1
  1. Pengantar     1
  2. Ringkasan Isi Buku    3
  3. Keunggulan Buku    5
a). keterkaitan antar bab    5
b). kemutakhiran isi buku    5
IV.    Kelemahan Buku    6
a). keterkaitan antar bab    6
b). kemutakhiran isi buku    6
V.     Implikasi Terhadap    7
a). Teori    7
b). Analisis Mahasiswa    7
VI. Kesimpulan    8
Kepustakaan    9



IDENTITAS BUKU UTAMA
Judul Buku            : Manusia Utuh: Sebuah Kajian atas Pemikiran Abraham Maslow
Nama Pengarang        : Hendro Setiawan
ISBN                : 978-979-21-4055-2 (Cetak)
Penerbit/Thn Terbit/Jlh Hlm    : PT KANISIUS/2014/232
IDENTITAS BUKU PEMBANDING
Judul Buku            : Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan
Nama Pengarang        : Tarwoto Wartonah
ISBN                : 979-3027-38-X
Penerbit/Thn Terbit/Jlh Hlm    : Salemba Medika/2006/160
I. PENGANTAR
Dalam buku ini, Dr. Hendro Setiawan menjelaskan pemikiran Maslow tentang manusia yang mendasari psikologinya. Penjelasan ini tidak hanya menarik dibaca untuk mengetahui pola berpikir salah seorang psikolog besar. Melainkan antropologi filosofis Maslow yang dipaparkan Hendro Setiawan memberikan wawasan tentang manusia, suatu wawasan yang bersifat ilmiah karena berdasarkan penelitian yang kuat. Wawasan itu memungkinkan kita untuk memikirkan secara psikologis, jadi sesuai dengan standar-standar ilmu psikologi, instuisi-instuisi tentang kekhasan manusia yang sejak lama diyakini baik oleh para filosof maupun para sastrawan.
Ada beberapa hal yang penting dan relevan, yang diangkat oleh Hendro Setiawan. Titik tolaknya adalah cara Maslow memahami apa yang sebenarnya dimaksud dengan istilah “kesehatan psikis”. Kapan seorang secara kejiwaan dapat disebut “sehat” dan kapan tidak?. Atas dasar ini Hendro Setiawan menjelaskan tiga pengertian kunci Maslow: yaitu bahwa manusia adalah makhluk berkebutuhan, bahwa dalam manusia terdapat beberapa lapisan kebutuhan yang dapat disusun dalam semacam hierarki dan yang ketiga, bahwa dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu manusia semakin “mengaktualisasikan diri”. Dari sudut psikologi, tujuan manusia adalah menjadikan diri nyata, membuatnya nyata potensi-potensi yang termuat di dalamnya, dan aktualisasi diri itu dicapai manusia dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Hendro Setiawan mengantar pembaca ke dalam garis besar pemikiran Maslow tentang manusia yang itu kekuatannya, berdasarkan bukan pada spekulasi, melainkan dari amanat psikologis. Hendro Setiawan melakukannya secara kritis dengan juga menunjuk dimana terletak pelbagai keterbatasan yang tentu juga ada pada pemikiran Maslow. Buku Hendro Setiawan tidak hanya memperluas wawasan kita tentang salah seorang psikolog yang termashyur abad lalu, melainkan dapat memperkaya dan memperdalam pengertian kita tentang siapa kita ini, kita manusia.















II. RINGKASAN ISI BUKU
BAB I HIERARKI KEBUTUHAN MANUSIA
Hierarki Kebutuhan manusia menurut teori Maslow dibangun atas landasan hierarki kebutuhan, hierarki berkaitan antara satu kebutuhan dengan kebutuhan yang lain. Maslow membagi hierarki kebutuhan dalam lima tingkat dasar kebutuhan. Tiap tingkat mendasari tingkat berikutnya yang lebih tinggi, begitu seterusnya. Maslow mengungkapkan hal ini lewat argumennya: “ini adalah apa yang kita maksudkan bahwa kebutuhan dasar manusia terorganisasi dalam sebuah hierarki potensi relatif”.
BAB II AKTUALISASI DIRI SEBAGAI TUJUAN HIDUP MANUSIA
Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization), kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan yang ditandai dengan pencapai psikologis tertinggi, yang memunculkan fenomena pengalaman puncak, nilai-nilai pertumbuhan, perubahan persepsi/cara pandang yang makin jernih terhadap realitas, dan motivasi untuk selalu tumbuh dan berkembang atau yang disebut dengan metavotivasi. Aktualisasi diri merupakan cara pengembangan diri manusia menuju kepenuhan hidup yang menajdi kodratnya. Pencapaian puncak dan kebijaksanaan diperoleh melalui aktualisasi diri. Kesehatan psikologis yang optimal juga dapat diraih melalui proses mencapai aktualisasi diri. Dengan demikian bahwa kodrat dan tujuan hidup manusia adalah berproses dan berjuang mencapai tingkat aktualisasi diri, melalui tahapan kebutuhan sesuai dengan hierarki kebutuhan.
BAB III KEBUTUHAN YANG MENDOMINASI HIDUP
Kebutuhan fisik (physiological needs) , yang merupakan kebutuhan paling mendasar dan mendominasi manusia. Kebutuhan ini bersifat kebutuhan biologis, seperti kebutuhan akan oksigen, makanan, air dan sebagainya, yang kalau tidak terpenuhi manusia tidak akan bisa hidup. Pemenuhan kebutuhan fisik pada manusia juga terlihat pada kesadaran akan ketidakterbatasan membuat manusia untuk berani bermimpi, berani mencoba, berani berjuang dengan ulet, berani gagal untuk segera bangkit kembali, dan berani melangkah maju guna mengatasi pemenuhan kebutuhan fisiknya. Dengan kesadaran akan talenta dan keterbatasan kesempatan yang dimiliki, manusia dapat memilih bidang yang akan dia tekuni, mengembangkan dan mencurahkan diri sepenuhnya pada bidang tersebut, niscaya ia akan mampu mendapat hasil yang cukup untuk pemenuhan kebutuhan fisiknya.
BAB IV HIDUP YANG TENANG
Kebutuhan akan rasa aman (safety needs) yaitu seperti kebutuhan akan: keamanan, stabilitas, ketergantungan, perlindungan, kebebasan dari rasa takut. Kebutuhan ini menunjukkan bahwa seseorang membutuhkan rasa aman dalah hidupnya, khususnya rasa aman terhadap bahaya dan ancaman. Manusia membutuhkan stabilitas rasa aman untuk dapat mengembangkan hidunya lebih baik. Tercapainya atau terpenuhinya kebutuhan rasa aman membuat pola pikir, persepsi, sikap mental manusia menjadi lebih positif.
BAB V CINTA
Kebutuhan akan kepemilikan dan cinta (the belongingness and love needs). Jika kebutuhan fisik dan rasa aman telah terpenuhi dengan baik, maka akan muncul kebutuhan akan cinta dan perhatian, dan kebutuhan untuk memiliki dan dimiliki. Kebutuhan cinta adalah termasuk kebutuhan untuk memberi dan menerima perhatian orang lain, karena manusia dalam hidupnya selalu berusaha mengatasi perasaan kesendirian. Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain.
BAB VI PENGHARGAAN DIRIKU
Kebutuhan untuk dihargai (the esteem needs), yaitu apabila ketiga kebutuhan (fisik, rasa aman, dan cinta) sudah terpenuhi maka kebutuhan untuk dihargai akan muncul dan menjadi dominan, kebutuhan untuk dihargai merupakan kebutuhan yang sangat dibutuhkan oleh manusia karena manusia berkeinginan untuk menghormati dan menghargai dirinya sendiri, dan juga untuk dihormati dan dihargai oleh orang lain.
BAB VII AKTUALISASI DIRI: PUNCAK PENCAPAIAN HIDUP
Aktualisasi merupakan fenomena psikologis, yang dicapai seseorang pada tingkat tertinggi manusia. Fenomena psikologis ini demikian istimewanya, sehingga mampu mengubah perilaku, cara pandang, dan bahkan kehidupan manusia itu sendiri.




III KEUNGGULAN BUKU
  1. Keterkaitan Antar Bab
Pada buku utama penjelasannya cakupannya sudah cukup luas karena membahas tentang kajian Abraham Maslow yang berisikan tentang teori kebutuhan manusia yang disusun dalam hierarki kebutuhan manusia yang diawali dengan kebutuhan tingkat mendasar sampai kebutuhan tingkat tinggi.
Buku pembanding juga tidak kalah hebatnya dengan buku utama, karena penyusun melihat pada buku pembanding masing-masing bab sangat keterkaitan,sedangkan pada buku utama masing-masing babnya tidak berkaitan antara satu sama lain. juga buku pembanding ini sangat luas pembahasnnya dibanding buku utama, misalnya pada buku utama menjelaskan tentang proses keperawatan dimana proses keperawatan ini merupakan metode pengorganisasian yang sistematis dalam melakukan asuhan keperawatan pada individu, kelompok dan masyarakat yang berfokus pada identifikasi dan pemecahan masalah dari respons pasien terhadap pasiennya, pada buku utama menjelaskan bahwa kebutuhan manusia adalah tentang kesehatan. Buku pembanding juga menjelaskan tentang kebutuhan oksigenasi, oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsure vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh.
  1. Kemutakhiran isi buku
Kemutakhiran buku ini tidak diragukan lagi dilihat dari tahun terbitannya dan sumber-sumbernya, kemudian pembahasan yang dipaparkan oleh penulis sangat menyeluruh sehingga sangat mudah untuk dipahami oleh penulis. Begitu juga pada buku pembanding, kemutakhiran pada buku pembanding juga tidak diragukan lagi.






IV KELEMAHAN BUKU
a). Keterkaitan Antar Bab
Keterkaitan antar bab pada buku utama saya rasa kurang berkaitan karena pada bab I membahas tentang Hierarki Kebutuhan manusia menurut teori Maslow, dimana Hierarki kebutuhan itu dimulai dari kebutuhan fisik, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa cinta dan perhatian (sosial), kebutuhan untuk dihargai, dan kebutuhan yang paling tertinggi yaitu aktualisasi diri. Sedangkan pada bab II membahas Tentang Aktualisasi Diri Sebagai Tujuan Hidup Manusia dimana pada bab ini membahas tentang kebutuhan yang ditandai dengan pencapai psikologis tertinggi, yang memunculkan fenomena pengalaman puncak, nilai-nilai pertumbuhan, perubahan persepsi/cara pandang yang makin jernih terhadap realitas, dan motivasi untuk selalu tumbuh dan berkembang, pada bab ke III membahas tentang Kebutuhan fisik (physiological needs) , yang merupakan kebutuhan paling mendasar dan mendominasi manusia. Diantara bab II dan bab III kurang berkaitan karena seharusnya pada bab ke II harus terlebih dahulu membahas kebutuhan fisik yaitu kebutuhan yang paling mendasar baru kebutuhan yang kedua yaitu Kebutuhan akan rasa aman dan begitu seterusnya menurut Hierarki Kebutuhan yang telah ditetapkan oleh teori Maslow tersebut.
b). Kemutakhiran
Menurut penyusun kemutakhiran buku utama tidak ada yang perlu dikritik , karena cakupan yang dimuat buku ini sudah cukup bagus dan kemutakhiran pada buku ini pun tidak diragukan lagi. Begitu juga dengan pembahasan pada buku pembanding katerkaitan antar babnya saling baerkaitan antara bab 1 sampai bab-bab seterusnya.
V. IMPLIKASI TERHADAP
a). Teori/Konsep
Manusia merupakan makhluk berkebutuhan yang terdapat beberapa lapisan kebutuhan yang dapat disusun dalam semacam hierarki dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut manusia semakin “mengaktualisasikan diri”. Tujuan hidup manusia dipandang dari sudut Psikologi adalah menjadikan diri nyata, membuatnya nyata potensi-potensi yang termuat di dalamnya, dan aktualisasi diri itu dicapai manusia dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
b). Analisis Mahasiswa
Manusia merupakan makhluk berkebutuhan yang membutuhkan orang lain agar dapat beriteraksi dengan orang yang ada disekitarnya, kebutuhan manusia tersusun dalam semacam hierarki kebutuhan. Menurut teori Maslow terdapat lima kebutuhan yang saling berkaitan antara kebutuhan yang satu dengan kebutuhan yang lainnya, yaitu tiap tingkat mendasari tingkat berikutnya yang lebih tinggi, begitu seterusnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut adalah kebutuhan fisik, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa cinta dan perhatian (sosial), kebutuhan untuk dihargai, dan kebutuhan yang paling tertinggi yaitu aktualisasi diri.










VI. KESIMPULAN
Menurut teori Maslow terdapat lima kebutuhan yaitu kebutuhan fisik, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa cinta dan perhatian (sosial), kebutuhan untuk dihargai, dan kebutuhan yang paling tertinggi yaitu aktualisasi diri.
Kebutuhan fisik (physiological needs) , yang merupakan kebutuhan paling mendasar dan mendominasi manusia, Kebutuhan ini bersifat kebutuhan biologis, seperti kebutuhan akan oksigen, makanan, air dan sebagainya, yang kalau tidak terpenuhi manusia tidak akan bisa hidup.
Kebutuhan akan rasa aman (safety needs) yaitu seperti kebutuhan akan: keamanan, stabilitas, ketergantungan, perlindungan, kebebasan dari rasa takut. Kebutuhan ini menunjukkan bahwa seseorang membutuhkan rasa aman dalah hidupnya, khususnya rasa aman terhadap bahaya dan ancaman.
Kebutuhan akan kepemilikan dan cinta (the belongingness and love needs). Jika kebutuhan fisik dan rasa aman telah terpenuhi dengan baik, maka akan muncul kebutuhan akan cinta dan perhatian, dan kebutuhan untuk memiliki dan dimiliki.
Kebutuhan untuk dihargai (the esteem needs), yaitu apabila ketiga kebutuhan (fisik, rasa aman, dan cinta) sudah terpenuhi maka kebutuhan untuk dihargai akan muncul dan menjadi dominan, kebutuhan untuk dihargai merupakan kebutuhan yang sangat dibutuhkan oleh manusia karena manusia berkeinginan untuk menghormati dan menghargai dirinya sendiri, dan juga untuk dihormati dan dihargai oleh orang lain.
Aktualisasi merupakan fenomena psikologis, yang dicapai seseorang pada tingkat tertinggi manusia. Fenomena psikologis ini demikian istimewanya, sehingga mampu mengubah perilaku, cara pandang, dan bahkan kehidupan manusia itu sendiri.





Kepustakaan
Setiawan, Hendro, 2014. Manusia Utuh: Sebuah Kajian atas Pemikiran Abraham Maslow. PT Kanisius.
Tarwoto dan Wartonah, 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.